Selasa, 03 Oktober 2017

Mawar berduri

Pict By Google
~Via, 03 Oktober 2017~
"Sebaik-baik manusia adalah yang hadirnya membawa manfaat dan kepergiaannya meninggalkan ma’rifat." 

Beberapa hari lalu saya mendapatkan sebuah audio dari sahabat saya melalui aplikasi WA. Dan ingin sekali rasanya menuliskan kembali cerita yang ada didalam audio tersebut, dengan harapan dapat membuat beribu-ribu rantai kebaikan. Aamiin Allahumma Aamiin

Kejadian cerita di dalam audio tersebut terjadi pada tahun 1998. Ketika seorang motivator diundang untuk mengisi training motivasi di salah satu SMA Bogor. Pesertanya terdiri anak-anak kelas X dan XI SMA. Acara training motivasi itu berlangsung begitu khidmat, ya layaknya training motivasi yang biasa kita ikuti.  Selalu berhasil membuat kita bersemangat dan menggebu-gebu dalam memulai langkah perubahan. Namun tak jarang ada yang main-main, sehingga tak memperoleh hidayah dari segenap rangkaian acara.

Pada akhir sesi motivasi, sang motivator memberikan secarik kertas pada masing-masing peserta. Mereka diminta menggambar sebuah gambar yang mampu mendeskripsikan apapun mengenai mereka. Semua menggambar, tapi karena sedikit yang  serius, sebagian dari mereka menerangkan gambarnya dengan bercanda, bermain-main, dan tertawa. Dari sekian banyak peserta, hanya seorang perempuan yang bernama Ummu lah yang menggambarkan gambarnya dengan penuh arti. Sang motivator terdiam sejenak, karena melihat gambar Ummu berbeda dengan peserta yang lain.

“Ummu, apa yang kamu gambar itu?” tanya motivator itu.

“Saya menggambar mawar berduri.” jawab Ummu.

“Apa maksudnya?” Tanya motivator meminta penjelasan.

“Mawar itu sempurna karena ada duri. Mawar itu sempurna justru karena ia memiliki duri. Hanya saja banyak orang berkata bahwa duri pada mawar mengurangi keindahan mawar, merusak keelokannya, dan mengganggu kesempurnaan pada mawar. Padahal duri itulah yang membuat mawar dikatakan mawar. Karena duri itulah mawar begitu terlihat sempurna.” jelas Ummu.tersenyum.

“Lalu apa hubungannya dengan kamu?” tanya motivator itu penasaran.

“Saya menggambarkan diri saya adalah perempuan seperti mawar. Dan duri itu adalah aturan Allah untuk saya sebagai seorang perempuan. Banyak orang bilang aturan Allah pada diri perempuan itu merusak keindahan perempuan, membuat perempuan susah gaul, sulit bekerja, menghalangi beraktivitas dan lain sebagainya. Padahal seperti duri pada mawar, aturan itulah yang membuat perempuan disebut perempuan. Saya mawar berduri. Saya perempuan dengan apa yang Allah mau untuk saya lakukan akan saya lakukan. Dengan apa yang Allah mau untuk saya kenakan akan saya kenakan. Dengan apa yang Allah mau untuk saya rasakan akan saya rasakan. Dan dengan apa yang Allah mau untuk saya katakan akan saya katakan. Maka saya mawar beduri, saya perempuan dengan apa yang Allah mau, akan ada pada diri saya.” kata Ummu lagi-lagi dengan seulas senyum di bibirnya.

Untaian kalimat itu seketika membuat seisi ruangan yang awalnya ribut laksana lebah yang sedang terbang, tiba-tiba hening dan terhenyak dengan segala hikmah yang datang bersama penjelasan Ummu.

“Kemudian kenapa latar belakangnya berwarna hitam? Kenapa tidak kuning, merah, biru, atau warna lainnya yang lebih cerah? Mengapa kamu memilihkan warna gelap?” Tanya motivator yang begitu antusias.

Lalu Ummu menjawab dengan jawaban yang luar biasa untuk anak kelas X SMA sepertinya, “Kak, saya tidak mau menjadi mawar berduri di tengah taman. Kalau saya menjadi mawar berduri di tengah taman, gampang bagi orang untuk memetik saya. Hanya ada denda 50 ribu atau beberapa bulan kurungan lalu orang dengan mudah memetiknya, saya tidak mau seperti itu. Saya ingin menjadi mawar berduri di tepi jurang, maka dari itu saya memberi background hitam gelap di belakangnya.”

“Maksudnya?” Tanya motivator meminta penjelasan lebih dalam.

“Saya ingin menjadi mawar berduri di tepi jurang, karena suatu saat saya yakin jikalau kelak ada seorang laki-laki yang memetik saya. Dia pasti laki-laki yang paling berani mengorbankan nyawanya untuk saya. Karena terdapat resiko besar memetik bunga di tepi jurang bukan sekedar denda atau kurungan satu dua bulan, tapi nyawanya.” Jawab Ummu tersenyum penuh kepercayaan.

MasyaAllah, luar biasa. Semoga kita para perempuan dapat terus belajar menjadi seperti mawar berduri di tepi jurang yang selalu mengindahkan semua aturan dan ketentuan Allah. Karena yakinlah, semua yang Allah tetapkan untuk kita itu adalah sebuah ketetapan terbaik yang tak pernah kita duga sebelumnya.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

authorBukan siapa-siapa, hanya fakir ilmu yang dipertemukan denganmu melalui tulisan disini ✌.
Learn More →



"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain."(HR.Thabrani dan Daruquthni),