Senja dan dua orang sahabat
Sudah hampir lima belas menit kedua sahabat
itu terdiam memandangi senja yang sedang rona-ronanya ditepi danau. Jingga yang
mengkilat keemasan berhasil menciptakan hening diantara mereka.
"Salwa." Salah satu dari mereka akhirnya bersuara .
"Iya Put?"
"Menurutmu
apakah salah jika kita mengira bahwa lelaki yang berbuat baik itu artinya dia
menyukai kita?" Tanya Putri yang sejak tadi terlihat ragu untuk
bertanya.
Salwa tersenyum dan berkata, "Put, terkadang
memang ada mata yang menatap, namun ternyata hatinya tak menetap. Ada senyum
yang menenangkan, namun ternyata bukan hanya untuk kita seorang. Dan selalu ada
yang kita pikir untuk kita, padahal nyatanya bukan."
"Makudnya Sal?" tanya Putri
penasaran.
“Menurutku pada dasarnya tak ada manusia
yang betul-betul pandai dalam menakar rasa. Jangankan apa yang ada dalam
perasaan orang lain, mengukur perasaan sendiri saja sering kali salah.” Salwa
sedikit mengubah posisi duduknya ke arah sahabatnya, "Jadi, berhati-hatilah
saat menerka-nerka, Put. Bukankah menakar rasa bukan bagian kita?" Lanjut
Salwa.
Putri Mengangguk sembari menutup wajahnya
dengan kedua tangan, "Astagfirullah, ingetin aku terus ya Sal."
"InsyaAllah, eh kok tiba2 tanya gini?
kamu lagi suka sama orang ya? Ciyeee:p"
"Apasih! Yuk ah jalan lagi. Udah mau
magrib nih." Sela Putri sembari berjalan meninggalkan Salwa yang masih
terkekeh seorang diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar