Jumat, 05 April 2019

Senja dan dua orang sahabat


    Sudah hampir lima belas menit kedua sahabat itu terdiam memandangi senja yang sedang rona-ronanya ditepi danau. Jingga yang mengkilat keemasan berhasil menciptakan hening diantara mereka.

    "Salwa." Salah satu dari mereka akhirnya bersuara .

    "Iya Put?"

    "Menurutmu apakah salah jika kita mengira bahwa lelaki yang berbuat baik itu artinya dia menyukai kita?" Tanya Putri yang sejak tadi terlihat ragu untuk bertanya.

    Salwa tersenyum dan berkata, "Put, terkadang memang ada mata yang menatap, namun ternyata hatinya tak menetap. Ada senyum yang menenangkan, namun ternyata bukan hanya untuk kita seorang. Dan selalu ada yang kita pikir untuk kita, padahal nyatanya bukan."

    "Makudnya Sal?" tanya Putri penasaran.

    “Menurutku pada dasarnya tak ada manusia yang betul-betul pandai dalam menakar rasa. Jangankan apa yang ada dalam perasaan orang lain, mengukur perasaan sendiri saja sering kali salah.” Salwa sedikit mengubah posisi duduknya ke arah sahabatnya, "Jadi, berhati-hatilah saat menerka-nerka, Put. Bukankah menakar rasa bukan bagian kita?" Lanjut Salwa.

    Putri Mengangguk sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan, "Astagfirullah, ingetin aku terus ya Sal."

    "InsyaAllah, eh kok tiba2 tanya gini? kamu lagi suka sama orang ya? Ciyeee:p"

    "Apasih! Yuk ah jalan lagi. Udah mau magrib nih." Sela Putri sembari berjalan meninggalkan Salwa yang masih terkekeh seorang diri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

authorBukan siapa-siapa, hanya fakir ilmu yang dipertemukan denganmu melalui tulisan disini ✌.
Learn More →



"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain."(HR.Thabrani dan Daruquthni),