Jumat, 17 November 2017

Jodoh mah gitu #3


Minggu pagi ini matahari memancarkan sinarnya begitu sempurna ke segala penjuru ibu kota. Bahkan BMKG pun menginformasikan hari ini tak akan turun hujan. Biasanya setiap minggu aku pergi menghabiskan waktu untuk bermain dan belajar bersama relawan sekolah anak pantai yang ada di ujung kota. Tapi kali ini aku memutuskan untuk menghadiri liqo mingguan yang ada di masjid alun-alun kota bersama Dhea, Deva, dan Devi ; teman dekatku.

Nampak beberapa jama’ah berlalu-lalang di area masjid, cukup ramai namun tak sedikitpun menghilangkan suasana hangat yang penuh ketenangan. Tepat pukul 08.00 WIB, liqo akan segera dimulai, kam berempat pun segera memasuki masjid. Aku duduk diantara puluhan bidadari pilihan yang hatinya Allah gerakkan untuk datang belajar ke masjid sepagi ini,. Dari shaf pertama hingga shaf terakhir kuperhatikan keanggunan mereka dengan juntaian hijab panjang yang indah menutupi dengan keshalihan dan mata mereka tersenyum ramah menyapa satu dan lainnya. Liqo dimulai dengan bacaan ayat-ayat suci Alquran yang mendesirkan rongga-rongga jiwa. Suasana khidmat membuat jam terasa berputar terlalu cepat, tanpa terasa kami sampai di penghujung acara, yaitu penutup dan doa. Selesai acara para jama”ah bersalaman, sungguh indah suasana liqo yang kusaksikan pagi ini. Nikmatnya merasakan mempunyai saudara seiman yang tak pernah memandang asal, adat istiadat, tahta, bahkan usia. Islam dan iman lah yang menyatukan.

“Eh aku ke toilet dulu ya sebentar” Kataku sedikit tergesa.

“Ana mau di temenin ga?” Tanya Dhea, aku menggeleng dan sedikit berlari kecil menjauh dari tempat mereka berdiri.

“Ana? Eh Mba Ana maksudnya” Kejut lelaki yang berdiri didepanku.

“Loh Mas Rio kok disini? Ndak apa, panggil Ana saja hehe” Kataku menunduk.

“Oke kupanggil Ana ya hehe, Alhamdulillah tadi ikut liqo dimasjid ini. Oh iya btw kamu salah masuk toilet, untuk Akhwat disebelah tuh ada gambarnya” Mas Rio sedikit tertawa kecil dan menunjukkan tangannya ke pintu sebelah.

“Astaghfirullah, maaf Mas buru-buru” Aku malu dan segera berbalik.

“Hati-hati Ana jangan lari” Teriak Mas Rio.

Dengan sedikit mengintip, ku lurik kanan kiri. "Syukurlah Mas Rio sudah pergi" Gumamku dalam hati. Saat beberapa langkah meninggalkan toilet, mata ku langsung tertuju pada sepasang gamis cantik berwarna muda yang bergantung menghiasi bazar masjid. Beberapa temanku ternyata juga sedang melihat-lihat gamis disana. Sekali dayung dua pulau terlewati, mau lihat gamis eh langsung ketemu mereka yang sedari tadi menanti.

“Kok lama banget Na?” Tanya Devi sembari memberikan sebungkus teh kemasan.

“Iya ada trouble yang memalukan tadi, eh gamis yang pink itu bagus ga?” Mataku tersenyum melirik gamis yang tak jauh dari tempat kami berdiri.

“Yang ini?” Lelaki itu tersenyum menunjuk gamis yang ku maksud.

“Kok Mas Rio lagi ? kan Ana masih malu sama kejadian tadi *eh” Aku segera menutup mulut.

“Kejadian apa Na ? ini temen kantor mu ya?” Tanya Dhita penasaran, aku hanya mengangguk.

“Kamu lucu banget si Na hahaha, besok jangan buru-buru lagi ya” Mas Rio tersenyum.

“Namanya juga urgent Mas hahaha” Aku mengelak, “Oh iya duluan ya Mas, sampai ketemu dikantor” Aku menarik tangan temanku dan pergi meninggalkan tempat itu. Mas Rio lagi-lagi tersenyum dan melambaikan tangannya.

“Ana cerita, tadi ada kejadian apa sama si Mas Tyo, Leo, atau siapa namanya aku lupa?” Begitulah kebiasaan Devi, sulit sekali mengingat nama  seseorang, dan sulit juga melupakan kenangan. Tapi ia anak yang baik, kepolosan dan kelucuannya sering membuat kami tertawa lepas.

“Rio Dev namanya” Saut Dhita.

“Oh iya Rio, hampir mirip lah dengan yang kusebutkan tadi hahaha” Devi tertawa.

“Kejadian yang memalukan serius, jadu tadi pas aku buru-buru ketoilet, eh ternyata salah masuk ke toilet cowok, bayangin posisinya disana lagi ada Mas Rio dan dia ketawa. Ah maluuuu! eh tapi bodo amat juga sih, ah tapi gitu deh masa ketahuan banget kejelekannya” Jelasku sembari mengajak mereka duduk di pelataran masjid. Mereka tertawa bersama, dan duduk disebelahku.

“Hufft, terus aja terus ketawain” dengan raut wajah yang tak beraturan.

“Heyy, sejak kapan seorang Ana Malu sama seseorang ? apa lagi cowok ? bukannya diantara kita yang paling punya sifat bodo amat itu kamu, kok tumben?” Celetuk Dhea yang tiba-tiba duduk didepanku.

“Hayoo, kamu suka ya sama Mas Rio?” Tanya Dhita mencurigai.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

authorBukan siapa-siapa, hanya fakir ilmu yang dipertemukan denganmu melalui tulisan disini ✌.
Learn More →



"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain."(HR.Thabrani dan Daruquthni),