Minggu, 18 Februari 2018

Secangkir teh untukmu

Diantara rintik embun, 
Azan berkumandang, sendu berganti lirih mengetuk gendang telingaku. Segerombol kupu-kupu berlarian ceria merayakan subuh, sebait doaku terlantun dan tersemat namamu.

Hi Tuan apa kabar? Banyak percakapan yang ingin kulakukan denganmu.

Subuh pagi ini begitu indah, banyak burung berkicau menyambut pagiku. Bagaimana dengan pagimu?
Apa kau sudah sarapan? Pagi ini aku membuat pisang coklat keju kesukaanku, apa kau suka? Atau ada makanan lain yang kau suka?

Memang saat ini waktu dan kesempatan belum datang dengan tepat untuk mempertemukan kita lebih dekat. Tapi itu tak menyurutkanku untuk tetap menulis tentang dirimu, sekalipun diri ini belum tahu siapa 'kamu' yang ku tuju. 

Hari ini kita berjarak, Entah jauh atau dekat. Aku cukup percaya lahirku untuk adamu. Bukankah begitu Tuan?

Tetaplah saling menjaga komitmen atas dasar iman.
Aku akan terus belajar, agar kelak akulah yang akan menjadi tempat ternyamanmu untuk pulang.

~Selamat menikmati akhir pekanmu tuan, sampai jumpa diakhir pekan yang akan datang bersama kepulan asap teh yang kubuatkan untuk mengawali pagimu. InsyaAllah


4 komentar:

  1. Hi Tuan,

    Semoga kelak kita bisa menikmati teh dan pisang goreng bersama, di beranda rumah kita pada Senja yang merona.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lalu kedua mata kita saling menatap tak berkedip, kau tersenyum aku membalasnya. Ah ya senyummu ternyata jauh lebih merona dari pada senja.


      Hihihihi, makasih mba wid sudah mampir. :D

      Hapus
  2. Balasan
    1. Ambil aja mas nanti kalo udh tinggal itung aja yaaa masukin bon :P *eh wkwkk

      Makasih mas suden sudah mampir.

      Hapus

About

authorBukan siapa-siapa, hanya fakir ilmu yang dipertemukan denganmu melalui tulisan disini ✌.
Learn More →



"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain."(HR.Thabrani dan Daruquthni),